“Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah.” (Roma 3:14)
I. PENDAHULUAN
Selamat betemu kembali kepada saudara-saudari pencari kebenaran dalam dunia cyber ini.
Saat ini saya ingin membawakan mengenai khabar yang ditujukan kepada jemaat Laodikia. Ada dua pekabaran yang ingin saya sampaikan berdasarkan Wahyu 3, ada khabar baik ada juga khabar buruk untuk Laodikia. Saudara mau pilih yang mana? Saya kira kita lebih baik mulai dari khabar buruknya, dan pada tulisan saya yang berikut saya akan menyampaikan khabar baik bagi Laodikia, anda setuju bukan?
II. ISI
A. Arti Laodikia:
Istilah Laodikia berasal dari 2 bahasa Grika yakni Laos yang artinya people dan kata dicea yang berarti Judgment. Jadi Laodikia berarti “the people of the judgments.” Laodikia adalah gereja yang hidup pada zaman penghakiman terakhir. Saudara, apakah Laodikia setia terhadap missi yang telah diberikan kepada mereka? Apakah mereka siap untuk diuji? Untuk melihat apakah mereka itu setia kepada misi mereka, atau apakah mereka itu hidup secara suam? Inilah yang menjadi pertanyaannya.
B. Khabar Buruk Buat Laodikia
Saudara, mari kita dengarkan pekaran yang sangat menyakitkan bagi Laodikia ini. Kita sering mengatakan bahwa gereja kita adalah gereja Laodikia, benarkan?
Saudara, mari kita baca Wahyu 13:4 untuk melihat khabar buruk yang disampaikan untuk kita yang menganggap diri kita sebagai jemaat Laodikia:
"Dan tuliskanlah kepada malaikat di jemaat Laodikia (tentu khabar yang dituliskan atau yang disampaikan oleh juru khabar itu ditujukan bukan hanya kepada malaikat, hal itu juga adalah ditujukan untuk gereja itu sendiri, untuk saudara dan saya).
Sekarang siapakah yang berfirman untuk jemaat Laodikia itu?
“Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari segala ciptaan Allah.”
Dalam ayat ini Yesus memperkenalkan dirinya dengan menggunakan 3 (tiga) gelar/nama, yaitu:
a. Amen. Kata “Amen” "Let it be so." "Let it be established. Atau: Jadilah demikian, pasti, sungguh, benar. (Istilah Amen ini bagaikan cap/stempel yang berarti: "Certified, Done!") Kita sering mengucapkan kata Amen dalam akhir doa kita, yang mana maknanya bahwa kita meng “iyakan” doa tersebut. Dalam ayat ini Yesus berkata, saya adalah Amen. Jadi pekabaran yang ditujukan kepada Laodikia ini berasal dari Seseorang yang berhak untuk menyetujui segala sesuatu, yang biasanya mengakhiri pembicaraan yaitu seseorang yang menjadi penutup/pengambil keputusan yaitu Yesus Kristus sendiri.
b. Saksi yang setia dan benar. Mengapa Yesus memperkenalkan dirinya sebagai saksi yang setia dan benar kepada jemaat Laodikia? Apakah oleh karena pekabaran kepada Laodikia ini terlalu radikal, sehingga hal ini perlu ditekankan agar jemaat Laodikia menyadari bahwa pekabran ini perlu mereka perhatikan oleh karena ini berasal dari Saksi yang setia dan yang benar. Jadi Laodikia perlul menaruh perhatian khusus untuk itu?
c. Archei.
Nama atau gelar yang ketika yang digunakan oleh Yesus dalam menyampaikan pekabaran untuk Laodikia ini ialah “Archei” Yesus ingin menyatakan bahwa, Dia bukan hanya sekedar seseorang yang memiliki kata-kata terakhir atau yang mengambil kesimpulan, Dia bukan hanya sebagai Saksi yang setia dan benar tetapi Dia juga adalah “Archei” atau yang awal atau yang utama atau penguasa.
Alkitab sering menggunakan prefix (awalan) arch- misalnya kata: archangel yang berarti “the ruler of the angels.” (Penguasa/pemimpin dari malaikat-malaikat). Dalam Wahyu 3:14 ini Yesus memperkenalkan dirinya sebagai “Archaei” yang berarti “the ruler of God's creation.” (Penguasa dari ciptaan Allah). Kristus adalah Pencipta yang memerintah atas semua ciptaanNya.
Catatan:
Terjemahan bahasa Indosensia yang ditulis “permulaan dari ciptaanAllah” adalah terjemahan yang kurang tepat.
Sebelum isi pekabaran itu diberikan kepada Laodikia, lebih dahulu diingatkan bahwa pekaran itu sendiri datang langsung dari : Seseorang yang berkuasa mengambil keputusan, Seorang saksi yang setia dan benar serta penguasa alam semesta.
Oleh sebab itu kita harus memperhatikan dengan sunggguh-sungguh pekabaran tersebut. Saudara, pendahuluan ini dituliskan untuk menarik perhatian medreka yang akan menerima pekabaran itu sendiri.
Dia berkata: “Aku tahu segala pekerjaanmu engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas. Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan gtidak dingin atau panas, aku akan memuntahkan engkau dari mulutku.” (Wahyu 3:15-16)
Saudara sebelum kita lanjutkan masalah suam-suam kuku ini, mari kita lihat sejenak apa pendapat Laodikia mengenai dirinya, setelah itu kita akan kembali pada bagian suam-suam kuku ini.
Untuk itu mari kita baca Wahyu 4:17 “ (Amplified Version). "For you say, 'I am rich, I have prospered and grown wealthy and I am in need of nothing;"
Saudara, mengapa Laodikia itu mengatakan bahwa “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku, aku tidak memerlukan apa-apa lagi.” Mengapa sampai gereja Laodikia itu berkata begitu?
C. Keadaan Kota Laodikia
Saudara, Laodikia adalah satu kota yang sangat menarik. Kota ini telah berdiri beberapa ratus tahun sebelum kelahiran Kristus, teletak diantara 2 jalan besar daerah perdagangan, jadi biasanya para pedagang selalu melintasi kota ini. Pada saat Roma memerintah mereka memiliki Pax Romana, Keadaan Damai dan Aman jadi tidak ada orang yang mengganggu kota ini. Dibawah pemerintahan Roma yang aman, kota ini menjadi pusat keuangan, mirip seperti Wall Street di Amrika sekarang ini. Di Laodikia banyak ditemukan bank-bank besar, kota ini menjadi pusat penukaran uang, investasi, money laundering dan pekerjaan bisnis lainnya. Jadi mereka benar-benar kaya.
Laodikia memiliki industrin pakaian, dan yang terkenal dari insdustrin pakaian daerah ini adalah pakaian wool hitam. Mereka juga memiliki industri dalah hal medis termasuk bedak untuk mata atau sejenis salep untuk mata yang dapat memperbaiki penglihatan. Jadi dengan adanya industri mode dan pakaian, industri obat-obatan dan industri financial, kota ini benar-benar cukup kaya.
Saudara ada sesuatu yang menarik yang terjadi kepada Laodikia ini diantara kematian Kristus (31 AD) dan tahun penulisan kitab Wahyu ini oleh Yohanes (90 AD). Tepatnya pada tahun 60 AD, Laodikia diratakan oleh bencana gempa bumi yang sangat hebat. Pada saat itu Laodikia menjadi rata, kemudian pemerintah mengirimkan utusan ke Laodikia sambil membawa uang untuk membantu mereka membangun kembali Laodikia, dan coba anda terka apa sambutan Laodikia terhadap hal ini. Saudara mereka menolak bantuan uang dari pemerintah ini. Gentinya mereka membangun sendiri kota mereka, mereka masih kaya. Saudara, anda lihat betapa percaya dirinya orang-orang Laodikia ini. Kami dapat membangun diri kami sendiri, kami tidak memerlukan bantuan kalian.
Laodikia terlalu percaya diri. Mereka tidak memerlukan orang lain. Mereka katakan “kami dapat memperbaiki diri kami sendiri.” Nah... kalau hal ini masih dalam hal pemerintahan saya kira cukup baik, tapi kalau hal seperti ini terjadi dalah hal kerohanian pasti akan celaka dan berbahaya. Tetapi memang inilah sifat kota itu “terlalu percaya diri.” Mereka tidak bisa melihat sisi negatif diri mereka. “Kami kaya, kami
7 telah memperkayakan diri kami, kami tidak kekurangan apa-apa.”
Mungkin saudara berkata, Pdt. Sagala, Laodikia itu kan kita, kita tidak mau mendengar sisi negatif diri kita sendiri. Sisi negatif akan menyakitkan diri kita sendiri. Kan kita kita bisa melayani Allah lebih baik kalau kita mengetahui sisi positif kita, kasi tau sisi positifnya sajalah!
Saudara, ada satu hal yang perlu kita ketahui bhawa Allah tidak memberikan kepada kita apa yang kita kehendaki tetapi Dia memberikan apa yang kita butuhkan. Jadi kita juga perlu mengetahui sisi negatif Laodikia, yaitu diri kita sendiri sebab Allah merasa itulah yang perlu bagi kita, agar kita memperbaiki diri.
Laodikia melupakan misinya. Misi yang telah diberikan Allah kepada gerejanya adalah untuk pergi, menjadikan murid. Laodikia merasa bahwa diri mereka sudah cukup baik sehingga mereka kehilangan misi pemuridan. Laodikia akhirnya menderita oleh karena jaminan yang salah. Mereka berfikir bahwa semuanya baik-baik saja sementara keadaan sebenarnya tidak baik. Ini adalah merupakan problema sejarah umat-umat
Allah. Dalam Perjanjian lama kita menemukan bahwa umat-umat Tuhan tersebar hampir 500 tahun lamanya oleh karena jaminan yang salah. Mika dan Yesaya bergelut dengan jaminan yang salah. Mereka katakan: “Allah tidak akan membiarkan Isreal hancur. KaabahNya ada disini. Kita adalah umat perjanjian. Dia hanya coba-coba menakut-nakuti kita. Dia tidak akan melakukan apapun. Demikianlah khotabh Yesaya untuk menenangkan suasana. Jeremia juga memiliki masalah yang sama. Yehezkiel juga menghadapip masalah yang sama, bahkan Maleaki juga memiliki masalah yang sama
Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus merasa pasti bahwa mereka adalah umat Allah. Mereka tidak meragukan hal ini, tetapi mereka menyalibkan Yesus. Orang-orang Farisi berdiri dihadapan Allah dan berkata: “Terimakasih Tuhan sebab saya tidak seperti orang lain.” Saudara, siapa yang akhirnya mendapat pembenaran pada saat itu, tidak lain adalah “orang yang merasa dirinya rendah dan berdosa yang berkata, “Tuhan, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.”
Yohanes pembaptis muncul ditengah-tengah generasi Yahudi yang terlalu percaya diri, dia berkata “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Matius 3:10)
Saudara, pekabaran ini sangat tidak diharapkan oleh orang-orang Yahudi pada masa itu. Mereka berusaha untuk mencari “kedamaian, keselamatan dan mengalahkan” Roma si penjajah.
Dan sekarang ini, pada zaman kita ini adalah merupakan generasi-generasi yang hidup dekat kepada penutupan pintu kasihan: setiap orang merasa pasti bahwa mereka telah selamat. Tapi saudara, sangat ironi sekali! Kita, atau Gereja yang sangat meyakini kasih Allah yang begitu besar kepada mereka itu justru akan dimuntahkan dari dalam mulutNya. Saudara, ini dikatakan langsung oleh Yesus, seorang Saksi yang setia dan benar, penguasa alam semesta itu. Apa kata Ellen White: "...not one in twenty...who knows experimental religion." - 1 T504.002.
Kita merasa bahwa kita sudah selamat dan hal ini sering sekali membawa kita kepada masalah yang dihadapi oleh Laodikia. Sekarang, kalaua begitu apakah yang menjadi masalah Laodikia? Jika saudara katakan problemnya ialah suam-suam kuku, itu berarti anda sedang mengambang. Sebab suam-suam kuku itu bukanlah merupakan masalah utamanya, hal itu hanhyalah merupakan gejala dari msalah itu sendiri. Coba kita baca kembali Roma 3:15 dan 16 "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atas panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu.” Apa masalah yang menyebabkan ketidak dinginan dan ketidak panasan ini?
Mari kita baca ayat 17: “Karena engkau berkata aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa...”engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.”
Saudara, masalahnya bukanlah oleh karena mereka melarat, malang, miskin buta dan telanjang. Tetapi masalahnya ialah mereka tidak mengetahui keadaan mereka. Atau dengan perkataan lain, masalahnya adalah, “Mereka tidak melihat sepertia cara Allah melihat.”
Cara mereka melihat diri mereka sangat berbeda dengan cara Allah melihat mereka. Dan mereka tidak mengetahui adanya perbedaan cara Allah melihat dan cara mereka melihat. Mereka pikir cara mereka melihat itulah cara Allah melihat. Dan oleh karena mereka tidak melihat sama seprti Allah melihat, maka mereka tidak mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya. Mereka merasa bahwa semuanya beres dan mantap. Mereka bersenang-senang didalam berkat Allah. “Kita sudah membaptiskan banyak orang.”
“Kita sudah menanam banyak gereja. Kita membangun banyak bangunan-bangunan baru. Kita punya banyak pelayanan-pelayanan baru. Kita punya 3 ABN yang mengudara 24 jam. Allah itu sangat memberkati kita. Jadi tidak ada yang salah bukan?
Tetapi saudara-saudara Allah datang dengan membawa pekabaran yang sangat mengagetkan, pada saat mereka berfikir bahwa mereka sedang ditutupi oleh kebenaran Kristus, tetapi ternyata mereka itu sebenarnya telanjang. Sementara Jemaat Laodikia ini berfikir mengenai visi rohani mereka itu sangat baik, tetapi ternyata mereka itu buta. Pada saat mereka beranggapan bahwa mereka itu sedang dipenuhi oleh berkat-berkat Allah, ternyata mereka itu miskin. Kembali saya katakan bahwa inilah ironinya gereja Laodikia ini, yaitu gereja yang merasa bahwa mereka sedang berdiri bersama-sama dengan Allah.
Dia berkata kepada orang Farisi itu, “Jika kamu menyadari bahwa engkau buta, aku dapat mengatasinya, tetapi karena engkau katakan engkau dapat melihat maka masih saja berdosa.”
Saudara-saudara bilamana kita tidak melihat diri kita seperti cara Allah melihat kita, maka kita akan suam-suam kuku. Kita tidak akan bisa bangkit dari kesuaman rohani kalau kita masih melihat diri kita seperti cara kita melihat diri kita.
Jadi saudara apa urusan kita dengan kesuaman ini? Sebagaimana yang telah kitab singgunug sebelumnya bahwa Laodikia itu adalah merupakan kota yang kaya di daerah itu, Laodikia adalah kota yang memiliki kekuatan ekonomi. Tetapi meereka memiliki suatu cacat dan kekurangan yang sangat fatal, yaitu “persediaan air.” Di Laodikia tidak ada ditemukan persediaan air yang permanen di dalam kota Laodikia itu sendiri. Semua air yang ada di kota Laodikia itu berasal dari luar kota. Artinya tanpa adanya kedamaian pemerintahan Roma maka penduduk Laodikia berada dalam keadaan bahaya. Kalau saja pemerintahan Roma merusak pipa-pipa air ke kota Laodikia maka pendududknya akan kesusahan. Uang mereka yang banyak itu tidak ada artinya, mereka tidak punya air. Semua air kota Loadikia datang dari luar kota. Sebenarnya kota Laodikia ini dekat dengan suangi tetapi sayangnya mereka berada seratus kaki diatas aliran sungai yang berasal dari sumber air panas Applisus, yang pada saat memasuki kota Laodikia airnya telah berubah menjadi suam-suam dan yang kemudian di tampung kedalam penampungan air kecil yang berada di kota itu.
Singkatnya, Laodikia tidak memiliki persediaan air.
Pada zaman itu mereka belum memiliki water-softeners, yang membuat air menjadi dingin. Saudara, orang Kristen Laodikia juga tidak memiliki sumber air hidup dari dalam dirinya sendiri.
Raja Daud berkata bahwa : “Dalam hatiku aku menyimpan janjiMU, supaya aku jangan berdosa terhadap Enghkau.” (Mazmur 119:11). Sdr, air yang suam tidak dapat menyegarkan, air itu juga tidak dimasak. Air Suam Laodikia percuma, tidak ada artinya. Orang Kristen yang suam juga akhirnya akan dimuntahkan oleh Tuhan.
Sekaranga apa yang dapat kita buat untuk menyelesaikan masalah ini? Saudara kita harus menggali dari air hidup itu yaitu firman Allah, sehingga air hidup itu ada didalam hati kita.
Ayat itu mengatakan bahwa Yesus akan memuntahkan orang yang suam dari mulutNya, mengapa? Karena pendapat mereka mengenai dirinya tidak sesuai dengan penilaian Allah.
Saudara khabar buruk bagi Laodikia ialah bahwa Allah tidak akan mengorbankan kerajaanNya demi untuk menyelamatkan anda. Kalau begitu apa yang perlu kita buat sekarang ini? Sekali lagi, saudara, masalahnya tidak terdapat pada kesuaman itu, masalah utamanya adalah kita tidak melihat seperti cara Allah melihat. Kita tidak berfirkir seperti cara Allah berfirkir. Untuk dapat mengalahkan keadaan Loadikia ini kita memerlukan visi dari Allah. Dan visi itu akan kita dapatkan melalui mempelajari firmanNya.
Saudara, marilah kita memulai menmggali sumber air hidup itu, dan kemudian menempatkannya didalam hati kita sama seperti apa yang telah dilakukan oleh raja Daud. Janganlah kita memasukkan air itu melalui perantaraan “pipa” (orang lain). Lebih baik kita langsung gali sendiri firman itu, dan membiarkan Allah melalui perantaraan RohNya menanamkan firman itu kedalam hati kita.
Laodikia perlu untuk menyenangi doa Yabez: "Tuhan berkati aku sehingga aku dapat menjadi berkat.” Laodikia perlu berdoa sama seperti rasul Paulus berdoa pada jalan ke Damsyik itu: “Tuhan apa yang Kau inginkan untuk aku lakukan.”? Laodekia perlu berdoa seperti Yesus berdoa: “Tuhan bukan kehendakKu, biarlah kehendakMu yang jadi" Mereka juga perlu berdoa seperti doanya raja Daud: “Tuhan selidikilah hatiku...”
Saudara-saudara firman Allah itu hidup, aktif dan lebih tajam dari pedang yang bermata dua, dan firman itu memisahkan jiwa dan rohani, dan saudara, bilamana saudara tersayat olehnya hal itu sangat menyakitkan sekali.
Tapi saudara, biarlah kita rela untuk menderita kesakitan oleh firman Allah dan merendahkan diri kita, membuangkan jauh jauh rasa percaya diri kita, dan marilah kita mencari Allah. Marilah kita mengundang kita untuk membuka mata kita, sehingga kita dapat melihat sama seperti cara Allah merilah.”
This entry was posted
on Minggu, 03 Agustus 2008
at 12.19
and is filed under
Santapan Rohani
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.